Di tengah hiruk pikuk kota Mumbai yang padat dan dinamis, terdapat satu kudapan jalanan yang telah menjadi https://www.labuanresort.com/ simbol kota itu sendiri: Vada Pav. Sekilas, makanan ini tampak sederhana—hanya berupa roti bundar berisi bola kentang goreng, lengkap dengan sambal dan cabai goreng. Tapi di balik kelezatannya, Vada Pav kerap menjadi bahan pembicaraan, bukan hanya karena rasanya yang melegenda, melainkan juga karena isu kebersihannya yang tak kalah populer.
Ikon Jalanan Mumbai
Vada Pav pertama kali muncul pada tahun 1960-an, diciptakan oleh Ashok Vaidya, seorang pedagang kecil di dekat stasiun kereta Dadar. Ia ingin membuat makanan murah, cepat saji, dan mengenyangkan untuk para pekerja dan pelajar yang lalu-lalang setiap hari. Sejak itu, Vada Pav menjadi kuliner rakyat yang tak tergantikan, hingga dijuluki sebagai “burger-nya India”.
Vada-nya terbuat dari kentang tumbuk yang dibumbui dengan kunyit, bawang putih, jahe, cabai, dan ketumbar, dibentuk bulat lalu dicelupkan ke dalam adonan tepung buncis dan digoreng hingga keemasan. Pav-nya, roti empuk khas India, dibelah dan diisi dengan vada panas, sambal kering berbumbu, dan sering kali disertai cabai hijau goreng utuh. Satu porsi dijual hanya dengan beberapa rupee, tapi kenikmatannya luar biasa.
Antara Lezat dan Layak Makan
Namun di balik status legendarisnya, banyak yang mempertanyakan kebersihan penyajian Vada Pav, terutama di gerai-gerai kaki lima. Di banyak tempat, kamu bisa melihat penjual yang memegang adonan kentang dengan tangan kosong, menggoreng di wajan besar dengan minyak yang sudah dipakai berulang kali, atau menyajikan langsung tanpa penutup makanan.
Air untuk adonan atau cuci tangan sering kali berasal dari sumber seadanya, bahkan kadang tak terlihat higienis. Hal ini menimbulkan kekhawatiran, terutama bagi wisatawan asing atau masyarakat kelas menengah ke atas yang makin sadar akan sanitasi.
Namun, justru di situlah kontradiksi muncul—semakin “jalanan” dan tidak steril, justru banyak yang bilang rasanya lebih enak. Banyak orang percaya bahwa kelezatan Vada Pav tidak bisa dipisahkan dari “aroma jalanan” itu sendiri. Bahkan beberapa penggemar beratnya berujar, “Kalau terlalu bersih, rasanya malah kurang nendang.”
Upaya Menjaga Cita Rasa dan Kebersihan
Seiring waktu, beberapa usaha telah dilakukan untuk memperbaiki citra higienis Vada Pav. Beberapa pengusaha kuliner mulai membuka gerai Vada Pav modern dengan dapur bersih, pegawai bersarung tangan, dan bahan berkualitas. Tapi tantangannya adalah: bagaimana mempertahankan rasa otentik khas kaki lima dalam format yang lebih sanitasi?
BACA JUGA: Kuliner Ekstrem Bali: Babi Guling yang Dipanggang di Atas Pasir Tetap Legendaris