
Kulfi Kadaluarsa: Es Krim Jalanan Berisiko
India dikenal dengan kekayaan kulinernya yang tak terbatas, mulai dari makanan pedas penuh rempah hingga camilan manis yang menggoda. Salah satu yang tak boleh dilewatkan adalah kulfi, es krim tradisional khas India yang dibuat dari susu kental manis, kacang, dan aroma rempah seperti kapulaga atau saffron. Tapi di balik kelezatannya yang menyegarkan, ada sisi gelap dari kulfi—khususnya yang dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan kota-kota besar. Ya, kulfi kadaluarsa menjadi momok tersembunyi yang dapat mengancam kesehatan para pecinta kuliner ekstrem.
Cita Rasa Nostalgia dalam Bahaya
Kulfi adalah sajian nostalgia. Banyak orang dewasa mengenangnya sebagai https://manninospizzeria.com/ camilan masa kecil yang biasa dibeli setelah sekolah, atau dinikmati saat musim panas membakar. Teksturnya yang lebih padat dari es krim biasa dan rasa susunya yang pekat membuatnya tetap populer di tengah gempuran produk es krim modern.
Namun, banyak dari kulfi jalanan saat ini tidak lagi dibuat secara tradisional dan higienis. Beberapa penjual menggunakan susu yang hampir basi atau bahkan sisa kulfi dari hari sebelumnya yang dibekukan ulang. Ada pula yang menyimpan kulfi dalam kondisi beku tidak stabil, tanpa lemari pendingin standar, hanya mengandalkan es balok dan styrofoam.
Bahaya Kesehatan yang Mengintai
Mengonsumsi kulfi yang sudah kadaluarsa atau tidak disimpan dengan benar bisa sangat berbahaya. Produk berbasis susu sangat rentan terhadap pertumbuhan bakteri seperti Salmonella, Listeria, atau E. coli, terutama jika tidak melalui proses pasteurisasi yang benar.
Gejala keracunan makanan akibat kulfi basi bisa muncul dalam waktu 6 hingga 24 jam setelah konsumsi, seperti mual, muntah, diare, sakit perut, hingga demam tinggi. Pada kasus tertentu, terutama pada anak-anak atau orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah, dampaknya bisa lebih serius.
Kenapa Pedagang Jalanan Nekat?
Alasan utama adalah biaya dan daya saing. Kulfi yang dibuat dari bahan segar dan dijaga kualitasnya akan lebih mahal, dan tidak semua pembeli di jalanan siap membayar lebih. Untuk bertahan di tengah persaingan ketat, beberapa pedagang mengambil jalan pintas: menggunakan bahan murah, menyimpan kulfi lebih lama dari batas aman, bahkan menjual kembali kulfi yang sudah meleleh.
Kurangnya pengawasan dan standar keamanan pangan di level mikro juga memperparah situasi ini. Pemerintah kota sering kali fokus pada restoran dan produsen besar, sementara pedagang kulfi kaki lima luput dari pantauan.
Apa yang Bisa Dilakukan?
Solusinya bukan semata-mata menghindari kulfi jalanan. Yang dibutuhkan adalah edukasi kepada pedagang, penyuluhan tentang bahaya makanan kadaluarsa, dan bantuan teknis seperti pendingin hemat energi atau alat pengukur suhu. Konsumen pun perlu lebih cermat: periksa kondisi penyimpanan, rasa dan bau kulfi, serta hindari membeli jika terlihat mencurigakan.
BACA JUGA: Bebek Rebus Utuh: Kepala & Paruh Masih Utuh