2025-04-22 | admin3

Kuah Kental Berlemak: Santan & Minyak Bekas – Lezat tapi Mengintai Risiko

Di berbagai daerah di Indonesia, sajian berkuah kental dan berlemak menjadi bagian tak terpisahkan dari kekayaan kuliner. Masakan seperti gulai, rendang, opor, dan kari menjadi primadona meja makan karena kuahnya yang gurih, legit, dan memikat selera. Rahasia di balik rasa nikmat itu seringkali terletak pada dua bahan utama: santan dan, tak jarang, minyak bekas gorengan.

Namun, di balik kekentalan dan kenikmatan rasa tersebut, tersembunyi risiko kesehatan yang sering kali diabaikan. Mari kita bahas secara rinci bagaimana kuah kental berlemak ini dibuat, mengapa banyak disukai, dan apa efeknya bagi tubuh jika dikonsumsi berlebihan.


Santan: Sumber Lemak Alami

Santan adalah cairan putih kental yang dihasilkan dari perasan daging kelapa tua yang diparut. Ia merupakan sumber lemak nabati, terutama lemak jenuh. Dalam satu cangkir santan kental, terdapat lebih dari 50 gram lemak total, sebagian besar adalah lemak jenuh (saturated fat).

Meski bersifat nabati, lemak jenuh dalam santan jika dikonsumsi dalam jumlah besar dan terlalu sering, bisa berdampak pada:

  • Peningkatan kadar kolesterol LDL (jahat)

  • Risiko penyakit jantung koroner

  • Obesitas, bila tidak diimbangi aktivitas fisik yang memadai

Namun, santan juga mengandung asam laurat, yang dalam jumlah kecil dapat meningkatkan kolesterol baik (HDL) dan mendukung sistem imun. Artinya, konsumsi santan masih aman selama tidak berlebihan dan dimasak dengan cara yang tepat.


Minyak Bekas: Praktis, Tapi Berbahaya

Dalam proses memasak masakan berkuah kental, tak sedikit penjual kaki lima atau rumah makan menggunakan minyak goreng bekas (minyak jelantah). Biasanya, minyak ini dicampurkan ke dalam masakan untuk memperkuat rasa gurih dan menambahkan efek “mengilap” pada permukaan kuah.

Namun, minyak yang telah dipakai berulang kali mengalami oksidasi dan mengandung:

  • Radikal bebas

  • Asam lemak trans

  • Akrilamida dan senyawa karsinogenik lainnya

Zat-zat tersebut bisa meningkatkan risiko:

  • Kanker

  • Kerusakan sel dan jaringan tubuh

  • Peradangan kronis

  • Penurunan fungsi hati

Sayangnya, penggunaan minyak bekas masih lumrah karena alasan ekonomi. Harga yang lebih murah dan rasa yang lebih ‘medok’ membuat banyak pedagang tetap menggunakannya, meskipun mengorbankan aspek kesehatan.


Sensasi Nikmat di Lidah, Beban di Tubuh

Kuah kental berlemak memang menggoda. Ia menempel di lidah lebih lama, memberikan rasa gurih yang kuat, dan menciptakan sensasi ‘kenyang’ yang tahan lama. Namun, jika dikonsumsi terlalu sering, tubuh akan mengalami dampak jangka panjang:

  • Lemak menumpuk di pembuluh darah

  • Gangguan metabolisme

  • Meningkatkan risiko diabetes tipe 2

  • Menyulitkan penurunan berat badan


Alternatif Sehat Tanpa Kehilangan Rasa

Beberapa solusi agar tetap bisa menikmati masakan berkuah lezat tanpa risiko besar:

  • Gunakan santan encer atau situs rajazeus campuran santan dengan susu nabati rendah lemak.

  • Hindari penggunaan minyak bekas; ganti dengan minyak baru dalam jumlah sedikit.

  • Masak dengan metode rebus atau kukus daripada digoreng.

  • Tambahkan rempah-rempah alami seperti kunyit, lengkuas, jahe, dan kemiri untuk memperkuat rasa tanpa harus menambah minyak berlebih.

BACA JUGA: Makanan Berjamur: Keju Desa yang ‘Dibiarin’ tapi Disukai

 

Share: Facebook Twitter Linkedin