
Makanan Berjamur: Keju Desa yang ‘Dibiarin’ tapi Disukai
Kebanyakan orang pasti langsung membuang makanan yang terlihat berjamur. Tapi tahukah kamu, ada jenis link rajazeus makanan yang justru sengaja dibiarkan berjamur dan malah menjadi sajian istimewa? Salah satunya adalah keju desa tradisional dari berbagai penjuru dunia yang dikenal dengan aroma tajam, tekstur unik, dan tentunya… jamur yang tumbuh alami.
Fenomena keju berjamur ini bukanlah kelalaian, melainkan tradisi kuliner turun-temurun yang dijaga secara serius. Dari Prancis hingga daerah pedesaan Eropa Timur, keju berjamur bukan hanya dianggap aman, tapi juga mewah dan menggugah selera.
Keju Berjamur: Proses yang Terencana
Tidak semua jamur itu buruk. Pada pembuatan keju seperti Roquefort, Brie, Camembert, dan Gorgonzola, jamur jenis tertentu seperti Penicillium roqueforti atau Penicillium camemberti justru menjadi elemen kunci dalam pembentukan rasa dan tekstur.
Di beberapa desa, keju dibuat secara tradisional menggunakan susu segar tanpa pasteurisasi, kemudian dibiarkan di tempat penyimpanan alami seperti gua atau ruang bawah tanah. Udara lembap dan suhu yang stabil menciptakan lingkungan ideal bagi jamur untuk tumbuh secara alami di permukaan keju.
Maka jangan heran kalau kamu melihat lapisan putih, abu-abu, hingga biru kehijauan pada permukaan keju desa ini. Bukan tanda kebusukan, tapi bagian dari keunikannya.
Bau Menyengat, Rasa Menggoda
Keju desa yang dibiarkan berjamur biasanya memiliki aroma sangat kuat, bahkan bisa tercium dari jarak beberapa meter. Tapi bagi penikmatnya, bau ini justru menjadi daya tarik tersendiri.
Soal rasa? Keju berjamur menyajikan sensasi kompleks—gurih, sedikit asam, kadang ada rasa kacang atau bahkan tanah basah. Teksturnya pun beragam, dari yang lembut meleleh hingga yang keras dengan urat-urat jamur biru di dalamnya.
Dianggap Lezat, Tapi Bukan Tanpa Kontroversi
Meski dianggap lezat oleh pecinta keju, makanan berjamur seperti ini tak lepas dari kontroversi. Di beberapa negara, keju dari susu mentah tanpa pasteurisasi dilarang dijual secara komersial karena dianggap berisiko terhadap kesehatan, terutama jika proses pembuatannya tidak higienis.
Namun, banyak komunitas pembuat keju desa yang justru merasa kebijakan modern terlalu membatasi warisan budaya mereka. Mereka meyakini bahwa jika dibuat dengan benar, keju berjamur alami aman dikonsumsi dan justru lebih bernutrisi.
Tradisi yang Dipertahankan
Keju desa bukan sekadar makanan, tapi cerminan gaya hidup dan filosofi menghargai waktu serta alam. Proses fermentasi lambat, kesabaran menunggu jamur tumbuh, dan cara penyimpanan tradisional menjadi bagian dari budaya makan yang semakin jarang ditemukan.
Di beberapa desa di Prancis, Italia, atau Swiss, keju ini bahkan masuk dalam daftar warisan kuliner yang dilindungi. Bukan hanya karena rasanya, tapi karena mewakili identitas lokal yang tidak tergantikan.